Minggu, 14 November 2010

Antara Menulis dan Berbicara


ANTARA MENULIS DAN BERBICARA

Menulis berbeda dengan berbicara. Menulis setidaknya membutuhkan keterampilan khusus yang harus dipelajari dan senantiasa dilatih. Sementara berbicara mungkin cuma butuh pembiasaan saja. Indera yang dibutuhkan ketika belajar berbicara terdiri dari mata, telinga, dan lidah. Mata untuk melihat gerakan yang dilakukan orang yang akan kita contoh untuk bicara, terutama melihat gerakan mulut dan mimik muka. Telinga untuk mendengar kata yang diucapkan, dan lidah berusaha untuk mengikutinya dengan kata yang kita upayakan untuk dikeluarkan. Itu sebabnya, anak kecil yang sehat dan normal (matanya dapat melihat, telinganya dapat mendengar, dan lidahnya bisa digerakkan untuk berkata) maka umumnya akan dengan mudah mengikuti. (1)Itu memerlukan pembiasaan sembari mengasah kemampuan dan reflek tiga indera tadi. Jadi, anak kecil yang ingin belajar bicara tak memerlukan belajar huruf-huruf terlebih dahulu, tak butuh juga dengan seabrek teori menulis, dan bagaimana merangkai kata yang baik. Ia, akan dengan spontan mengikuti setiap huruf yang diucapkan orang lain (entah ibunya, ayahnya, kakaknya, atau temannya dll).(2) Mereka (termasuk kita) bisa belajar bicara tanpa keterampilan yang rumit. Mengalir apa adanya.

Nah, sementara menulis, ini memerlukan keterampilan tambahan. Bahkan motivasi tambahan pula. Karena apa? Karena menulis bukan bakat, karena menulis memang sangat berbeda dengan berbicara. (3)Banyak orang bisa berbicara, bahkan fasih meski ternyata ia buta huruf. Sementara orang yang bisa menulis, sangat mustahil bila ia penderita buta huruf. Mungkin ini pula yang membedakan kemampuan setiap orang dalam menulis. Intinya, nggak semua orang bisa menulis, meski berbicaranya sangat fasih dan bahkan retorikanya bagus. Oya, meski bicaranya tidak bagus, tapi minimal ia memang bisa bicara. Bisa berkomunikasi secara verbal (kata-kata) dengan orang lain. Iya nggak?

Jadi menurut saya sih, orang yang bisa menulis adalah orang yang seharusnya merasa bahagia. Karena apa? Karena bisa melakukan keterampilan yang jarang dilakukan oleh orang yang sehat dan normal lainnya. Umumnya, semua orang yang sehat dan normal bisa berbicara, tapi tak semua dari mereka bisa menulis. Ini pun dikelompokkan jadi dua: pertama, orang yang tidak bisa menulis sama sekali alias buta huruf; dan kedua, orang yang tidak bisa menulis dalam pengertian menyampaikan pesan lewat tulisan. Dari dua kelompok itu, mereka sama-sama bisa berbicara, tapi nggak bisa menulis. Betul ndak?


Ayo menulis!

(4)Alirkan ide-idemu untuk berkarya lewat tulisan.(5) Rugi banget kalo sampe nggak mencoba untuk bisa menyampaikan pesan yang kita inginkan lewat tulisan. Padahal, itu sangat unik, menyenangkan, dan menarik dibanding berbicara. Kita emang bisa menyampaikan pesan lewat kata-kata (berbicara), tapi tak selamanya pesan bisa sampe dengan mudah. Jika kamu menelepon seseorang, ingin mengerahkan kemampuanmu untuk menyampaikan kehebatanmu dalam berbicara untuk mempengaruhi dia, sementara ponselnya pas kamu nelepon nggak diaktifkan, itu artinya ada hambatan. Apa yang ingin kamu sampaikan menemui jalan buntu. Minimal harus menunggu sampe ponsel temanmu diaktifkan.

Dan lagi nih, kamu tentunya nggak bisa terus-menerus berada dalam kondisi siap untuk menelepon. Adakalanya, kamu justru berada dalam kondisi harus menyampaikan pesan lewat tulisan. Misalnya kamu sibuk, sementara untuk memberi tahu teman kamu dengan berbicara di telepon akan memakan waktu, apalagi kalo kamu seneng ngobrol. Maka, langkah efektif adalah dengan mengirim SMS ke ponselnya, atau mungkin kirim e-mail, atau bisa aja nulis memmo untuknya karena ketika kita sampe ke rumahnya dia nggak ada. Kita tempelin deh memmo berisi pesan tertulis kita. Tapi, itu pun masih dengan catatan: ia aktifkan ponselnya; buka e-mail, dan tak sedang keluar kota. Berarti ini soal kendala teknis. Terlepas dari itu, keterampilan menulis tetap harus dimiliki. Minimal sebagai keterampilan pelengkap untuk menyampaikan pesan bagi yang sudah terbiasa dan mahir retorikanya dalam berbicara. Setuju?

Sobat, nggak usah dibikin rumit ketika kita akan menulis. Saya juga termasuk yang bisa menulis bukan berawal dari teori. Saya menulis, kalo saya pengen nulis apa yang membuat saya lega ketika menuliskannya. Saya menulis surat buat teman dan orangtua saya, menulis puisi, menulis catatan harian, bahkan saya menulis cerpen meski ketika dibaca lagi seringnya nggak nyambung. Tapi, saya berkeras ingin bisa menulis. Waktu SMP, ketika seneng nulis, saya nggak punya mimpi jadi penulis. Saya hanya seneng aja setiap kali membaca buku sejak SD. Dalam pikiran saya, “Saya bisa membaca dan mudah untuk mengerti pesan yang disampaikan penulisnya, pasti si penulis itu adalah orang yang hebat dalam menyampaikan pesan secara tertulis.” Sejak saat itu saya secara sederhana ingin juga bisa menulis. Tapi tetep belum kepikiran ingin jadi penulis.

Hasilnya? Alhamdulillah, rupanya pembiasaan dalam menulis apa saja yang ingin saya tulis, sekaligus sebagai latihan ‘alamiah’ untuk melancarkan jari tangan saya menulis (waktu itu saya belum punya mesin tik, apalagi komputer). (6)Kebiasaan saya menulis bukan hanya melancarkan jari tangan saya menulis di kertas, tapi sekaligus melatih pilihan kata yang hendak saya tulis dan juga melancarkan sistematika dalam alur penulisan pesan yang saya inginkan. Inilah uniknya keterampilan menulis. Setidaknya menurut saya, lho.

Jadi, biasakan untuk melatih menulis. Terus dan terus. Nggak usah ada beban dulu. Pokoknya nulis. Jangan takut salah, nggak perlu khawatir tulisannya nggak enak dibaca, yang penting mencoba dan terus belajar. Salah-salah dikit sih kita bisa menghibur diri dengan nyontek semboyan di iklan pembersih pakaian, “Nggak ada noda, ya nggak belajar”. (7)Menulis itu butuh ketekunan, jangan patah semangat jika baru nulis sekali dan jelek. Itu belum cukup, kalo kamu nggak terus melatih diri untuk menulis. Bukankah benteng Mesir tidak ditaklukkan dengan sekali peperangan? Bukankah ketika kita belajar menuliskan abjad dan angka saja nggak sekali langsung bisa? Ya, belajar menulis tidak instan, tapi harus ditekuni dan sabar, serta penuh semangat, plus motivasi kuat.

Oya, sebenarnya bicara juga membutuhkan keterampilan tambahan, meski awalnya ‘naluriah’, tapi tetap kudu dipelajari bagaimana santun dalam berbicara, berkata yang baik, dan apa yang harus dikatakan dengan tepat kepada siapa yang diajak bicara. Nah, untuk tingkat lanjutannya sih memang harus belajar juga. (8)Sama seperti menulis. Tapi, langkah awalnya aja yang beda. Start-nya yang beda. Kalo berbicara, secara ‘naluriah’ sejak kecil kita yang sehat dan normal langsung udah belajar dan bahkan bisa bicara, sementara menulis (menuliskan abjad dan angka), minimal rata-rata bisa nulis secara umum adalah ketika kita diajarin di sekolah (meski sebelum sekolah kita udah pada bisa bicara). betul nggak?

Sobat, sebelum mengakhiri tulisan ini, saya ingin tekankan bahwa ada yang perlu diperhatikan dan diingat, bahwa jika kita nggak bisa menulis dengan baik, maka pesan itu pun sulit juga dimengerti oleh pembaca tulisan kita. Sebagai pemberi pesan (komunikator), tentunya kita harus sebaik mungkin dalam menyampaikan pesan agar mudah dipahami oleh komunikan alias si penerima pesan. Tentunya, untuk semua itu yang dibutuhkan bukan hanya kebiasaan kita menulis, tapi juga ilmu dan wawasan buat tambahan kita. Yup, agar pesan yang kita sampaikan juga dimengerti, bahkan dipahami dengan mudah oleh penerima pesan. Soal ini, insya Allah akan saya jembrengin di lain kesempatan. Setuju ya?

Oke deh, sampe sini dulu. Insya Allah lain kali saya cerita lagi. Ayo menulis! [o. solihin. bogor, 9 Januari 2006; 09:25 wib]


Pilihan kalimat :
  1. Itu memerlukan pembiasaan sembari mengasah kemampuan dan reflek tiga indera tadi.
S                                 P                                                                             Ket
Kalimat ini tidak sempurna kata itu akan lebih baik jika ditambahkan kata yang dijadikan acuan dari “itu” tersebut.
Menjadi :
Berbicara itu memerlukan pembiasaan sembari mengasah kemampuan dan reflek tiga indera tadi.
  1. Mereka (termasuk kita) bisa belajar bicara tanpa keterampilan yang rumit
      S        P          S                                     P
  1. Banyak orang bisa berbicara, bahkan fasih meski ternyata ia buta huruf.
S           P                     KM                  S                   Ket
  1. Alirkan ide-idemu untuk berkarya lewat tulisan
S                                              P
  1. Rugi banget kalo sampe nggak mencoba untuk bisa menyampaikan pesan yang kita inginkan
         S                            P                                                             O
 lewat tulisan. Padahal, itu sangat unik, menyenangkan, dan menarik dibanding berbicara.
                       KM                         S                                                             P
Kalimat ini menunjukkan kesalahan pada kata penghubung, seharusnya kata penghubung tidak digunakan tanda titik sebelum penggunaan kata hubung (padahal) tersebut.
Menjadi :
Rugi banget kalo sampe nggak mencoba untuk bisa menyampaikan pesan yang kita inginkan lewat tulisan padahal, itu sangat unik, menyenangkan, dan menarik dibanding berbicara.
  1. Kebiasaan saya menulis bukan hanya melancarkan jari tangan saya menulis di kertas, tapi
S                             P                                                                     O       KM
 sekaligus melatih pilihan kata yang hendak saya tulis dan juga melancarkan sistematika dalam
                S                                              P             KM                              S
 alur penulisan pesan yang saya inginkan
                                        Ket
  1. Menulis itu butuh ketekunan, jangan patah semangat jika baru nulis sekali dan jelek.
                S                  P                              S                             P                 KM    Ket
  1. Sama seperti menulis. Tapi, langkah awalnya aja yang beda. 
                   S              P      KM              S                         P
Pada kata penghubung terjadi kesalahan karena penggunaan titik pada kata penghubung, dimana seharusnya kata penghubung tidak mengandung titik.
Menjadi :
Sama seperti menulis tapi, langkah awalnya aja yang beda.

Minggu, 17 Oktober 2010

ANTARA MENULIS DAN BERBICARA


ANTARA MENULIS DAN BERBICARA

Menulis berbeda dengan berbicara. Menulis setidaknya membutuhkan keterampilan khusus yang harus dipelajari dan senantiasa dilatih. Sementara berbicara mungkin cuma butuh (1)pembiasaan saja. Indera yang dibutuhkan ketika belajar berbicara terdiri dari mata, telinga, dan lidah. Mata untuk melihat gerakan yang dilakukan orang yang akan kita contoh untuk bicara, terutama melihat gerakan mulut dan mimik muka. Telinga untuk mendengar kata yang diucapkan, dan lidah berusaha untuk mengikutinya dengan kata yang kita upayakan untuk dikeluarkan. Itu sebabnya, anak kecil yang sehat dan normal (matanya dapat melihat, telinganya dapat mendengar, dan lidahnya bisa digerakkan untuk (2)berkata) maka umumnya akan dengan mudah mengikuti. Itu memerlukan pembiasaan sembari mengasah kemampuan dan (3)reflek tiga indera tadi. Jadi, anak kecil yang ingin belajar bicara tak memerlukan belajar huruf-huruf terlebih dahulu, tak butuh juga dengan(4) seabrek teori menulis, dan bagaimana merangkai kata yang baik. Ia, akan dengan spontan mengikuti setiap huruf yang diucapkan orang lain (entah ibunya, ayahnya, kakaknya, atau temannya dll). Mereka (termasuk kita) bisa belajar bicara tanpa keterampilan yang rumit. Mengalir apa adanya.

Nah, sementara menulis, ini memerlukan keterampilan tambahan. Bahkan motivasi tambahan pula. Karena apa? Karena menulis (5)bukan bakat, karena menulis memang sangat berbeda dengan berbicara. Banyak orang bisa berbicara, bahkan fasih, meski ternyata ia (6)buta huruf. Sementara orang yang bisa menulis, sangat mustahil bila ia penderita buta huruf. Mungkin ini pula yang membedakan kemampuan setiap orang dalam menulis. Intinya,(7) nggak semua orang bisa menulis, meski berbicaranya sangat fasih dan bahkan retorikanya bagus. Oya, meski bicaranya tidak bagus, tapi minimal ia memang bisa bicara. Bisa berkomunikasi secara verbal (kata-kata) dengan orang lain. Iya nggak?

Jadi menurut saya sih, orang yang bisa menulis adalah orang yang seharusnya merasa bahagia. Karena apa? Karena bisa melakukan keterampilan yang jarang dilakukan oleh orang yang sehat dan normal lainnya. Umumnya, semua orang yang sehat dan normal bisa berbicara, tapi tak semua dari mereka bisa menulis. Ini pun dikelompokkan jadi dua: pertama, orang yang tidak bisa menulis sama sekali alias buta huruf; dan kedua, orang yang tidak bisa menulis dalam pengertian menyampaikan pesan lewat tulisan. Dari dua kelompok itu, mereka sama-sama bisa berbicara, tapi nggak bisa menulis. (8)Betul ndak?


Ayo menulis!

Alirkan ide-idemu untuk berkarya lewat tulisan.(9) Rugi banget (10)kalo (11)sampe nggak mencoba untuk bisa menyampaikan pesan yang kita inginkan lewat tulisan. Padahal, itu sangat unik, menyenangkan, dan menarik dibanding berbicara. Kita (12)emang bisa menyampaikan pesan lewat kata-kata (berbicara), tapi (13)tak selamanya pesan bisa sampe dengan mudah. Jika kamu menelepon seseorang, ingin mengerahkan kemampuanmu untuk menyampaikan kehebatanmu dalam berbicara untuk mempengaruhi dia, sementara ponselnya (14)pas kamu nelepon nggak diaktifkan, itu artinya ada hambatan. Apa yang ingin kamu sampaikan menemui jalan buntu. Minimal harus menunggu sampe ponsel temanmu diaktifkan.

Dan lagi nih, kamu tentunya nggak bisa terus-menerus berada dalam kondisi siap untuk menelepon. Adakalanya, kamu justru berada dalam kondisi harus menyampaikan pesan lewat tulisan. Misalnya kamu sibuk, sementara untuk (15)memberi tahu teman kamu dengan berbicara di telepon akan memakan waktu, apalagi kalo kamu (16)seneng (17)ngobrol. Maka, langkah efektif adalah dengan mengirim SMS ke ponselnya, atau mungkin kirim e-mail, atau (18)bisa aja (19)nulis (20)memmo untuknya karena ketika kita sampe ke rumahnya dia nggak ada. Kita (21)tempelin deh memmo berisi pesan tertulis kita. Tapi, itu pun masih dengan catatan: ia aktifkan ponselnya; buka e-mail, dan tak sedang keluar kota. Berarti ini soal kendala teknis. Terlepas dari itu, keterampilan menulis tetap harus dimiliki. Minimal sebagai keterampilan pelengkap untuk menyampaikan pesan bagi yang sudah terbiasa dan mahir retorikanya dalam berbicara. Setuju?

Sobat, nggak usah (22)dibikin rumit ketika kita akan menulis. Saya juga termasuk yang bisa menulis bukan berawal dari teori. Saya menulis, kalo saya (23)pengen nulis apa yang membuat saya lega ketika menuliskannya. Saya menulis surat (24)buat teman dan orangtua saya, menulis puisi, menulis catatan harian, bahkan saya menulis cerpen meski ketika dibaca lagi seringnya nggak nyambung. Tapi, saya berkeras ingin bisa menulis. Waktu SMP, ketika seneng nulis, saya nggak punya mimpi jadi penulis. Saya hanya seneng aja setiap kali membaca buku sejak SD. Dalam pikiran saya, “Saya bisa membaca dan mudah untuk mengerti pesan yang disampaikan penulisnya, pasti si penulis itu adalah orang yang hebat dalam menyampaikan pesan secara tertulis.” Sejak saat itu saya secara sederhana ingin juga bisa menulis. Tapi (25)tetep belum (26)kepikiran ingin jadi penulis.

Hasilnya? Alhamdulillah, rupanya pembiasaan dalam menulis apa saja yang ingin saya tulis, sekaligus sebagai latihan ‘alamiah’ untuk melancarkan jari tangan saya menulis (waktu itu saya belum punya mesin tik, apalagi komputer). Kebiasaan saya menulis bukan hanya melancarkan jari tangan saya menulis di kertas, tapi sekaligus melatih pilihan kata yang hendak saya tulis dan juga melancarkan sistematika dalam alur penulisan pesan yang saya inginkan. Inilah uniknya keterampilan menulis. Setidaknya menurut saya, lho.

Jadi, biasakan untuk melatih menulis. Terus dan terus. (27)Nggak usah ada beban dulu. Pokoknya nulis. Jangan takut salah, nggak perlu khawatir tulisannya nggak enak dibaca, yang penting mencoba dan terus belajar. Salah-salah (28)dikit sih kita bisa menghibur diri dengan (29)nyontek semboyan di iklan pembersih pakaian, “Nggak ada noda, ya nggak belajar”. Menulis itu butuh ketekunan, jangan patah semangat jika baru nulis sekali dan jelek. Itu belum cukup, kalo kamu nggak terus melatih diri untuk menulis. Bukankah benteng Mesir tidak ditaklukkan dengan sekali peperangan? Bukankah ketika kita belajar menuliskan abjad dan angka saja nggak sekali langsung bisa? Ya, belajar menulis tidak instan, tapi harus ditekuni dan sabar, serta penuh semangat, plus motivasi kuat.

Oya, sebenarnya bicara juga membutuhkan keterampilan tambahan, meski awalnya ‘naluriah’, tapi tetap (30)kudu dipelajari bagaimana santun dalam berbicara, berkata yang baik, dan apa yang harus dikatakan dengan tepat kepada siapa yang diajak bicara. Nah, untuk tingkat lanjutannya sih memang harus belajar juga. Sama seperti menulis. Tapi, langkah awalnya aja yang beda. (31)Start-nya yang beda. Kalo berbicara, secara ‘naluriah’ sejak kecil kita yang sehat dan normal langsung (32)udah belajar dan bahkan bisa bicara, sementara menulis (menuliskan abjad dan angka), minimal rata-rata bisa nulis secara umum adalah ketika kita (33)diajarin di sekolah (meski sebelum sekolah kita udah pada bisa bicara). betul nggak?

Sobat, sebelum mengakhiri tulisan ini, saya ingin tekankan bahwa ada yang perlu diperhatikan dan diingat, bahwa jika kita nggak bisa menulis dengan baik, maka pesan itu pun sulit juga dimengerti oleh pembaca tulisan kita. Sebagai pemberi pesan (komunikator), tentunya kita harus sebaik mungkin dalam menyampaikan pesan agar mudah dipahami oleh komunikan alias si penerima pesan. Tentunya, untuk semua itu yang dibutuhkan bukan hanya kebiasaan kita menulis, tapi juga ilmu dan wawasan buat tambahan kita. Yup, agar pesan yang kita sampaikan juga dimengerti, bahkan dipahami dengan mudah oleh penerima pesan. Soal ini, insya Allah akan saya jembrengin di lain kesempatan. Setuju ya?

Oke deh, sampe sini dulu. Insya Allah lain kali saya cerita lagi. Ayo menulis! [o. solihin. bogor, 9 Januari 2006; 09:25 wib]

Pembenaran dari Kata-kata yang mengalami salah ejaan:
  1. Kata Pembiasaan seharusnya kita ganti dengan Rutin, karena kata pembiasaan tidak baku untuk suatu penulisan.
  2. Berkata dapat kita ganti dengan berbicara karena kaidah penulisan berkata tidak tepat untuk kalimat diatas.
  3. Reflek kata ini salah penulisan yang benar adalah reflex.
  4. Seabrek kata ini sangat tidak baik dalam suatu penulisan kata ini dapat kita ganti dengan kata banyak atapun banyak sekali.
  5. Bukan bakat kata yang lebih baik kita gunakan untuk kalimat ini adalah tidak bakat.
  6. Buta huruf sangat kasar sebaiknya kita gunakan tuna aksara.
  7. Nggak adalah kata yang tidak baku seharusnya kata itu adalah tidak
  8. Betul ndak? adalah kata yang tidak baku seharusnya kata itu adalah betul tidak?
  9. Rugi banget adalah kata yang tidak baku untuk digunakan seharusnya kata itu adalah rugi sekali.
  10. Kalo adalah kata yang tidak baku seharusnya kata itu adalah kalau
  11. Sampe adalah kata yang tidak baku seharusnya kata itu adalah sampai
  12. Emank adalah kata yang tidak baku seharusnya kata itu adalah memang
  13. Tak adalah kata yang tidak baku seharusnya kata itu adalah tidak
  14. Pas adalah bentuk kata yang tidak tepat digunakan dalam tulisan kita dapat menggatinya dengan saat bersamaan.
  15. Memberi tahu kata ini salah dalam pemisahan seharusnya memberitahu.
  16. Seneng adalah kata yang tidak baku seharusnya kata itu adalah senang.
  17. Ngobrol kata ini tidak baik untuk artikel seharusnya digunakan kata berbicara untuk ini.
  18. Bisa aja adalah kata yang tidak baku seharusnya kata itu adalah bisa saja.
  19. Nulis adalah kata yang tidak baku seharusnya kata itu adalah menulis.
  20. Memmo adalah kata yang tidak baku seharusnya kata itu adalah memo.
  21. Tempelin adalah kata yang tidak baku seharusnya kata itu adalah menempelkan
  22. Dibikin adalah kata yang tidak baku seharusnya kata itu adalah dibuat.
  23. Pengen adalah kata yang tidak baku seharusnya kata itu adalah ingin.
  24. Buat temen adalah kata yang tidak baku seharusnya kata itu adalah untuk teman.
  25. Tetep adalah kata yang tidak baku seharusnya kata itu adalah tetap.
  26. Kepikiran adalah kata yang tidak baku seharusnya kata itu adalah terpikir.
  27. Nggak usah adalah kata yang tidak baku seharusnya kata itu adalah tidak perlu.
  28. Dikit adalah kata yang tidak baku seharusnya kata itu adalah sedikit.
  29. Nyontek kata ini salah dalam penggunaan imbuhan seharusnya mencontek.
  30. Kudu kata ini sangat tidak baku seharusnya kita gunakan kata harus.
  31. Start_nya beda, kata ini tidak baik digunakan sebaiknya kita ganti dengan awalan yang berbeda
  32. Udah adalah kata yang tidak baku seharusnya kata itu adalah sudah.
  33. Diajarin adalah kata yang tidak baku seharusnya kata itu adalah diajarkan.

MITOS SI MANIS JEMBATAN ANCOL

MITOS SI MANIS JEMBATAN ANCOL 
 
                      Cerita dari mulut ke mulut dikalangan warga sekitar Jalan RE Martadinata,Ancol,Jakarta Utara, mengenai amblesnya ruas jalan sepanjang 103 dan panjang 4 meter Kamis(16/9) dini hari,terus berkembang bahkan ditambai bumbu-bumbu berbau mistik. Apalagi, dari sisi letaknya ambrol jalan Martadinata itu tepat berada di bibir jembatan Solo Bone yang selama ini dimitoskan sebagai tempat istirahat Si Manis Jembatan Ancol. 
                        Jalan vital yang menghubungkan Pelabuhan Tanjungpriok dengan pusat Jakarta itu ambles hingga sedalam 7 meter. Hingga semalam warga sekitar tak henti-henti berdatangan ke tempat tersebut. “Kami penasaran, katanya Kemaren malam lalu ada buaya lewat”. Kata seorang warga merujuk kepada cerita warga lainnya mengenai buaya jadi-jadian di tempat itu. 
                        Warga meyakini, ditempat itu sering muncul kejadian-kejadian aneh. Mereka sering mendengar kabar adanya ular dan buaya jadi-jadian yang setiap malam Jum’at melintas di jembatan Volker, tak jauh dari lokasi ambruknya jalan. “Orang disekitar sini udah pada tau kalo ada buaya gak punya ekor. Kadang-kadang ada ular yang ngikutin karena ‘penghuni’ kawasan disitu laper. “mereka marah karena sajennya kurang, karena itulah mereka berulah dengan merusak jalan sampe ambles begitu”. Kata Ratu saat dihubungi Warta Kota semalam. 
                           Supranatural dari suku anak dalam berjuluk “Ratu Ayu Berlidah Hitam” ini mengungkapkan, ada tiga penunggu di Jalan Martadinata, semuanya laki-laki. “ketika masih idup, tiga-tiganya punya pengaruh ditempat itu” katanya. 
                           Lalu, apa solusinya? Ratu Ayu mengatakan, saat pembangunan kembali jalan itu perlu dilakukan ritual dalaman bentuk pemberian sajen. Apabila tidak, tidak tertutup kemungkinan kejadian yang sama akan terulang. “Saya tidak menambah dan menguranginya, ini berdasar terawangan saya.” Kata anggota Forum Komunikasi Paranormal dan Penyembuh Alternatif Indonesia(FKPPAI) yang mengaku menerawang hingga Malaysia dan Singapura itu. 

Kata-kata yang mengalami salah ejaan: 
Kata-kata salah:                                  Seharusnya: 
1.ambrol                                            1.rusak 
Alasan : kata ambrol tidak baik gunakan untuk penulisan. 
2.ditambai                                         2.ditambahi 
Alasan : kata ditambai hanya dapat digunakan dalam obrolan sehari-hari. 
3.katanya                                         3.menurutnya 
Alasan : kata seperti ini hanya digunakan dalam obrolan sehari-hari. 
4.buaya lewat                                  4.seekor buaya melintas 
Alasan : dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik seharusnya tidak menggunakan kata seperti lewat ini. 5.kata seorang warga                     5.menurut seorang warga 
Alasan : kata ditambai hanya dapat digunakan dalam obrolan sehari-hari. 
6.jadi-jadian                                  6.siluman 
Alasan : kata jadi-jadian kurang baik digunakan dalam berita, karena banyak kesan yang buruk yang d timbulkan. 
7.ambruknya                                  7.rusaknya 
Alasan : kata ambruk member kesan bahasa yang digunakan kasar. 
8.udah pada tau                           8.sudah mengetahui 
Alasan : kata seperti ini hanya digunakan dalam obrolan sehari-hari. 
9.kalo ada buaya                         9.kalau ada seekor buaya 
Alasan : kata seperti ini hanya digunakan dalam obrolan sehari-hari, bukan kata yang baik untuk berita.
10.gak punya ekor                    10.tidak memiliki ekor 
Alasan: kata seperti ini hanya digunakan dalam obrolan sehari-hari. 
11.ngikutin                               11.mengikuti 
Alasan : kata seperti ini hanya digunakan dalam obrolan sehari-hari. 
12.laper                                   12.lapar 
Alasan : kata seperti ini hanya digunakan dalam obrolan sehari-hari. 
13.sajennya                             13.sesajinya 
Alasan : kata seperti ini hanya digunakan dalam obrolan sehari-hari. 
14.sampe                                14.sampai 
Alasan : kata seperti ini hanya digunakan dalam obrolan sehari-hari. 
15.tiga-tiganya                        15.ketiganya 
Alasan : akan lebih baik jika kita gunakan kata ketiganya daripada tiga-tiganya karena borosnya kata yang digunakan. 
16.punya pengaruh                  16.memiliki pengaruh 
Alasan : kata seperti ini hanya digunakan dalam obrolan sehari-hari. 
17.terawangan                        17.penglihatan mata batin 
Alasan : terawang adalah kata yang tidak dikenal oleh orang awam untuk bahasa indonesia 
18.kemaren                           18.kemarin 
Alasan : kata seperti ini hanya digunakan dalam obrolan sehari-hari. 
19.kadang-kadang               19.terkadang 
Alasan : kata seperti ini hanya digunakan dalam obrolan sehari-hari. 
20.idup                                20.hidup 
Alasan : kata seperti ini hanya digunakan dalam obrolan sehari-hari.

Senin, 10 Mei 2010

uank & bank


-->
UANG & BANK
Pengertian
Uang merupakan alat tukar dan alat pembayaran yang sah. pada masa-masa sebelumnya, pembayaran dilakukan dengan cara barter, yaitu barang ditukar dengan barang secara langsung.
Sejarah Uang
Pada jaman dahulu, jual beli dilakukan dengan sistem barter. Barter adalah perdagangan yang dilakukan dengan cara tukar menukar barang, setelah barter orang mulai menggunakan alat pembayaran yang disepakati.
Sebelum menggunakan uang, orang menggunakan barang yang tertentu sebagai alat pembayaran, misalnya kulit kerang, mutiara, batu permata, tembaga, emas, perak ,  manik-manik, dan gigi binatang.
Pada zaman modern uang digunakan sebagai alat pembayaran. dengan menggunakan uang, manusia berusaha memenuhi kebutuhannya.
Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat penukaran uang. Sedangkan menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Teori uang dan motif memegang uang
Ada beberapa teori yang digunakan untuk menjelaskan prilaku uang dalam ekonomi konvensional, antara lain:

1.      Teori Moneter Klasik. Teori permintaan uang klasik tercermin dalam teori kuantitas uang (MV = PT). Keberadaan uang tidak dipengaruhi oleh suku bunga, tetapi ditentukan oleh kecepatan perputaran uang tersebut.
2.      Teori Keynes. Menurut Keynes, motif seseorang untuk memegang uang ada tiga tujuan yaitu: Transaction motive, Precautionary motive (keperluan berjaga-jaga) dan Speculative motive. Motif transaksi dan berjagajaga ditentukan oleh tingkat pendapatan, sedangkan motif spekulasi ditentukan oleh tingkat suku bunga.
Keynes mengatakan untuk transaksi dan berjaga-jaga permintaan uang merupakan fungsi dari pendapatan, tapi untuk tujuan spekulasi dipengaruhi oleh tingkat bunga.  Sehingga fungsi Liquidity Preference digambarkan sebagai berikut :

Md   =  Md(r, Y)
Di mana Md    = total permintaan uang
               r        = tingkat bunga
              Y       = pendapatan

Pada ekonomi konvensional, alternative penggunaan uang lebih kepada fungsi  lending daripada investasi.
Motif Masyarakat Memegang Uang

Permintaan uang adalah kebutuhan masyarakat terhadap uang tunai.Menurut Keynes, ada tiga (motif)alas an masyarakat memegang uang yakni :
a. Motif Transaksi (Transacton Motive)
Permintaan uang untuk transaksi dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat pendapatan nasional.
b. Motif berjaga-jaga (Precautionary motive)
Motif ini juga dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pendapatan nasional. Semakin tinggi pendapatan seseorang, maka tingkat kesadaran terhadap masa depan akan semakin tinggi. Kondisi masa depan yang tidak menentu akan mendorong orang untuk melakukan motif ini. Hal tersebut akan membawa kebutuhan yang semakin tinggi akan perlunya uang untuk berjaga. Secara aggregate semakin tinggi pendapatan nasional, maka kebutuhan masyarakat terhadap uang untuk berjaga-jaga juga akan semakin tinggi.
c. Motif Spekulasi (Speculative Motive).
Arti spekulasi pada motif ini adalah spekulasi dalam pembelian dan penjualan surat-surat berharga. Motif ii dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. Apabila tingkat suku bunga naik, maka harga surat-surat berharga akan turun. Jadi naiknya tingkat suku bunga akan menaikkan permintaan untuk spekulasi dan sebaliknya.
Macam-macam Bank
1. Bank Sentral
Bank sentral adalah bank yang didirikan berdasarkan Undang-undang nomor 13 tahun 1968 yang memiliki tugas untuk mengatur peredaran uang, mengatur pengerahan dana-dana, mengatur perbankan, mengatur perkreditan, menjaga stabilitas mata uang, mengajukan pencetakan / penambahan mata uang rupiah dan lain sebagainya. Bank sentral hanya ada satu sebagai pusat dari seluruh bank yang ada di Indonesia.
2. Bank Umum
Bank umum adalah lembaga keuangan uang menawarkan berbagai layanan produk dan jasa kepada masyarakat dengan fungsi seperti menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam berbagai bentuk, memberi kredit pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan, jual beli valuta asing / valas, menjual jasa asuransi, jasa giro, jasa cek, menerima penitipan barang berharga, dan lain sebagainya.
Kebijakan moneter
adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera. Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin requirement", kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.
Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.

            Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang edar
2. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang edar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)

PASAR


-->
PASAR
Struktur Pasar
Struktur Pasar memiliki pengertian penggolongan produsen kepada beberapa bentuk pasar berdasarkan pada ciri-ciri seperti jenis produk yang dihasilkan, banyaknya perusahaan dalam industri, mudah tidaknya keluar atau masuk ke dalam industri dan peranan iklan dalam kegiatan industri.
Pada analisa ekonomi dibedakan menjadi pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak sempurna (yang meliputi monopoli, oligopoli, monopolistik dan monopsoni).
- Pasar Persaingan Sempurna
Pengertian pasar persaingan sempurna adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan
dengan penawaran di mana jumlah pembeli dan penjual sedemikian rupa banyaknya/
tidak terbatas.
Ciri-ciri pokok dari pasar persaingan sempurna adalah:
a. Jumlah perusahaan dalam pasar sangat banyak.
b. Produk/barang yang diperdagangkan serba sama (homogen).
c. Konsumen memahami sepenuhnya keadaan pasar.
d. Tidak ada hambatan untuk keluar/masuk bagi setiap penjual.7
e. Pemerintah tidak campur tangan dalam proses pembentukan harga.
f. Penjual atau produsen hanya berperan sebagai price taker (pengambil harga).
- Pasar Persaingan tidak Sempurna
a. Pasar Monopoli
Arti dari pasar monopoli adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dan penawaran di mana hanya ada satu penjual/produsen yang berhadapan dengan banyak pembeli atau konsumen.
Ciri-ciri dari pasar monopoli adalah:
1) hanya ada satu produsen yang menguasai penawaran;
2) tidak ada barang substitusi/pengganti yang mirip (close substitute);
3) produsen memiliki kekuatan menentukan harga; dan
4) tidak ada pengusaha lain yang bisa memasuki pasar tersebut karena ada hambatan berupa keunggulan perusahaan.
Anda tentu bertanya mengapa terjadi pasar monopoli. Ada beberapa penyebab terjadinya pasar monopoli, di antara penyebabnya adalah sebagai berikut:
1) Ditetapkannya Undang-undang (Monopoli Undang-undang). Atas pertimbangan pemerintah, maka pemerintah dapat memberikan hak pada suatu perusahaan seperti PT. Pos dan Giro, PT. PLN.
2) Hasil pembinaan mutu dan spesifikasi yang tidak dimiliki oleh perusahaan lain, sehingga lama kelamaan timbul kepercayaan masyarakat untuk selalu menggunakan produk tersebut.
3) Hasil cipta atau karya seseorang yang diberikan kepada suatu perusahaan untuk diproduksi, yang       kita kenal dengan istilah hak paten atau hak cipta.
4) Sumber daya alam. Perbedaan sumber daya alam menyebabkan suatu produk hanya dikuasai oleh satu daerah tertentu seperti timah dari pulau Bangka.
5) Modal yang besar, berarti mendukung suatu perusahaan untuk lebih mengembangkan dan penguasaan terhadap suatu bidang usaha.
b. Pasar Oligopoli
Arti dari pasar oligopoli adalah suatu bentuk interaksi permintaan dan penawaran, di mana terdapat beberapa penjual/produsen yang menguasai seluruh permintaan pasar.
Ciri-ciri dari pasar oligopoli adalah:
1) Terdapat beberapa penjual/produsen yang menguasai pasar.
2) Barang yang diperjual-belikan dapat homogen dan dapat pula berbeda corak (differentiated product), seperti air minuman aqua.
3) Terdapat hambatan masuk yang cukup kuat bagi perusahaan di luar pasar untuk masuk ke dalam pasar.
4) Satu di antaranya para oligopolis merupakan price leader yaitu penjual yang memiliki/pangsa pasar yang terbesar. Penjual ini memiliki kekuatan yang besar untuk menetapkan harga dan para penjual lainnya harus mengikuti harga tersebut. Contoh dari produk oligopoli: semen, air mineral.
c. Monopolistik
Arti dari pasar monopolistik adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dengan
penawaran di mana terdapat sejumlah besar penjual yang menawarkan barang yang
sama. Pasar monopolistik merupakan pasar yang memiliki sifat monopoli pada
spesifikasi barangnya. Sedangkan unsur persaingan  pada banyak penjual yang
menjual produk yang sejenis.
Contoh: produk sabun yang memiliki keunggulan misalnya untuk kecantikan,
kesehatan dan lain-lain.
Ciri-ciri dari pasar monopolistik adalah:
1) Terdapat banyak penjual/produsen yang berkecimpung di pasar.
2) Barang yang diperjual-belikan merupakan differentiated product.
3) Para penjual memiliki kekuatan monopoli atas barang produknya sendiri.
4) Untuk memenangkan persaingan setiap penjual aktif melakukan promosi/iklan.
5) Keluar masuk pasar barang/produk relatif lebih mudah.
d. Pasar Monopsoni
Bentuk pasar ini merupakan bentuk pasar yang dilihat dari segi permintaan atau pembelinya. Dalam hal ini pembeli memiliki kekuatan dalam menentukan harga. Dalam pengertian ini, pasar monopsoni adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dan penawaran di mana permintaannya atau pembeli hanya satu perusahaan.
Contoh yang ada di Indonesia seperti PT. Kereta Api Indonesia yang merupakan satu-satunya pembeli alat-alat kereta api.