Minggu, 20 Maret 2011

resensi novel

RESENSI NOVEL

Judul Buku          :               MATAHARI DI ATAS GILLI
Penulis                 :               LINTANG SUGIANTO
Penerbit              :               BEKASI
Tanggal                 :               06 OKTOBER 2004
Tebal Halaman  :               225 HALAMAN
SINOPSIS:
                Cerita ini dimulai dari sebuah wilayah di Madura, tepatnya di pulau Gilli. Di tepi dermaga duduk seorang wanita yang tengah hamil bernama “Suhada” ia sedang menuggu suaminya pulang, bernama “Suamar” . suhada tinggal bersama ibu angkatnya “Buk No” pemilik satu-satunya warung nasi di Gilli.
                Suhada adalah seorang wanita yang dari masa kanak-kanaknya hidup kurang beruntung, ia ditinggal orang tuanya sejak kecil dan hidup berpindah-pindah. Setelah dewasa ia bertemu Suamar di Cirebin, mereka saling jatuh cinta dan kemudian menikah. Setelah itu Suhada diajak suaminya untuk tinggal di Gilli, diamana kedua orang tua Suamar tinggal. Dari pernikahannya itu Suhada kini hamil, tetapi Suamar yang hanya seorang pembua perahu harus pergi meninggalkannya, untuk membuat perahu di Cilacap.
                Gilli adalah pulau kecil yang panas dan gersang, hujan jarang turun disana, pulau ini seperti berada disamping matahari. Hanya ada satu buah sekolah di sana dan Suhada adalah salah satu guru di sekolah tersebut.
                Hari demi hari berlalu, kandungan Suhada semakin tua, tetapi Suamar belum juga pulang. Suatu ketika dating kabar dari seseorang yang mengatakan Suamar kecelakaan dan sekarang dirawat di sebuah rumah sakit.
Keluar dari Rumah sakit Suamar pulang ke Gilli, tetapi diperjalanan dihadang oleh badai laut yang ganas.
                Suhada mulai merasakan sakit pada perutnya, mungkin inilah waktunya untuk melahirkan, tetapi ia tetap sendiri, ia hanya ditemani matahari sore yang tepat diatas Gilli.
Di rumah Pak Lurah Suhada melahirkan. Sementara itu Suamar telah sampai di dermaga Gilli. Ditemani sinar bulan Suamar melangkah di dermaga. Suamar memutar di belakang, dibawah lampu dermaga melihat sosok wanita berpakaian putih, berambut panjang memandang dirinya tajam.
Dengan kaki masih terluka ia berjalan mendekati wanita itu, ia tahu pasti itu adalah istrinya Suhada. Suamar memeluk tubuh istrinya, tetapi Suhada mendorongnya. Suhada kemudian berjalan cepat dan berenti tepat di halaman rumah pak lurah. Suhada berkata: “ Anak kita beri nama Sabam, ia anak laki-laki, cepat masuk dan gendonglah ia”.
Suamar masuk kedalam rumah Pak lurah meninggalkan Suhada di halaman, tetapi setelah ia didalam, ia terkejut karena disana ia temui jasad kaku istrinya Suhada, Suhada meninggal karena melahirkan.
                Lima tahun kemudian, Gilli sudah berkembang pesat dan memiliki 2 dermaga, yang satu tetap bersebrangan dengan warung Buk No, sedangkan yang lain mirip dengan sebuah pasar yang hidup jika malam menjelang. Sedangkan Suamar yang sudah lagi tidak bersemangat hidup sejak istrinya meninggal hanya bisa menatap kearah langit di tepi dermaga yang dinamai dermaga hada.
Keyakinan Suamar adalah Suhada masih hidup dan ini berbenturan dengan warga Gilli. Inilah yang membuat kedua orang tua Suamar sedih karena masyarakat menganggap Suamar tidak waras.
                Suatu ketika Suamar berlari ke dermaga dan memaksa pemilik kapal membawanya pergi dari Gilli mencari Suhada. Dari sejak kepergiannya inilah ia tidak pernak kembali lagi.
Sampai pada musim hujan kesekian kalinya, terdengar kabar tentang Suamar. Melalui telephone ia mengatakan akan pulang ke Gilli bersama istrinya Suhada.
                Keesokkan harinya kabar tersebut tersiar, ditemukan sesosok mayat laki-laki diduga terjatuh dari kereta api, dan saat ini sedang diidentifikasi di rumah sakit umum semarang.

Unsur-unsur interinsik:
1.       Tema     : Tragedi Cinta
2.       Amanat                : Setiap orang harus sabar dalam menghadapi cobaan hidup dan tetap tegar agar kedepannya hidup menjadi lebih baik.
3.       Tokoh dan Perwatakkan
Protagonist :      1. Suhada
                                2. Sabam
Antagonis     :     Suamar
Tritagonis     :      1. Buk No
                                2. Pak Lurah
4.       Setting/ latar : Pulau kecil di Madura bernama Gilli.
5.       Alur/plot       : campuran
6.       Gaya pengungkapan : Bahasa lugas & bahasa konotasi.
7.       Keunggulan :
Novel ini terbit disaat kita memerlukan novel islami di Indonesia, novel ini juga mengangkat ketidakadilan dalam pendidikan yang banyak dialami daerah terpencil di sekitar pulau jawa disbanding dengan di kota besar.
Karya ini mengingatkan sekaligus membangkitkan rasa rasionallismeyang tanpa disadari telah hilang secara perlahan.
8.       Kelemaahan :
Kekurangan novel ini terletak pada suatu kesalalan yang menempatkan rangkaian cerita mengenai Gilli, diceritakan setelah cerita mengenai Suhada. Dengan judul matahari di atas Gilli seharusnya keadaan Gilli diceritakan terlebih dahulu agar orang mengenal letak Gilli di Indonesia.
9.       Kesimpulan
Tanpa mengesampingkan kekurangan yang dimiliki novel ini patut dujadikan bahan pemikiran demi kebaikan bangsa Indonesia yang sedang menata diri, karena novel ini bukanlah gambaran tentang kota tropis seperti yang sering digambarkan para filosof, namun potret kehidupan nyata yang dikemas dalam cerita novel yang dapat membuat semangat dan enak dibaca.